“17 agustus tahun empat lima itulah hari kemerdekaan kita. . “, masih inget ada banyak orang bernyanyi seperti itu di hari 17 agustus kagak?? Nah itulah kenapa aku bilang 17 itu sempurna, menurutku. 17 itu indah, harapanku. 17 itu segalanya. Ada beberapa fakta tentang angka 17 nee. Cekiidoott. .
i.17 itu hari kemerdekaan negara kita tercinta, indonesia raya. Bebas dari penjajah dan segala kekejaman yang mereka telah perbuat. Tapi tapi, sekarang kita justru terkontaminasi sama neokolonialisme, ayo bangkit kembali. .
ii.Saat ulang tahun ke 17, biasanya itulah yang paling dinantikan dan nantinya dirayakan. Selain itu saat berumur 17 tahun banyak orang mendapat hal yang baru, contohnya KTP danSIM.
iii. Maaf, bukan bermaksud menyinggung sara. Jumlah rakaat sholat wajib itu juga 17 loohh. .
iv.Eiitss, maaf lagi ya. Kitab suci Al quran juga diturunkan tangal 17 ramadhan.
v.Upacara 17 agustus yang ke-17 adalah siaran perdana stasiun TVRI langsung dari Istana Merdeka
vi.Banyak orang berpikir bahwa 17 itu angka yang bersifat Teologis, Numerologis, dan Mistis. Angka 17 itu terdiri dari 2 angka, 1 dan 7. 1 artinya Maha Esa, Maha Agung, dan satu-satunya. Dan 7 ada beberapa maksud, Look at this :
a.7 keajaiban dunia
b.7 lapis langit
c.7 Benua (Asia, Australia, Amerika Utara, Amerika Selatan, Afrika, Eropa, dan Antartika)
d.7 Samudera (Pasifik Utara, Pasifik Selatan, Atlantik Utara, Atlantik Selatan, Hindia, Antartika, dan Artik)
e.7 Hari dalam 1 Minggu.
vii.Kalau yang ini, ada apa yang terjadi dengan tanggal 17 di seluruh dunia :
a.17 Januari: adalah kelahiran Ari Lasso (1973), di Amerika diperingati sebagai Hari Martin Luther King (pejuang diskriminasi rasial)
b.17 Februari 1981, hari kelahiran Paris Hilton, anak pengusaha yang punya hotel Hilton, ahli waris dari Hilton Hotels Corporation
c.17 Maret : meletusnya gunung agung (1963), kelahiran Kris Biantoro (1938), kelahiran cendekiawan Nurcholish Madjid (1939), dan kelahiran Mieke Wijaya
d.17 April: kemerdekaan negara Kamboja
e.17 Mei: aktor Sophan Sophiaan meninggal dunia (2008) dan Mama Lauren (2010), Hari ini pula aku bertambah tua dengan usia 17 juga. . :D
f.17 Juni: pahlawan nasional dari Sumut, Sisingamangaraja XII meninggal dunia (1907), operasi transplantasi ginjal pertama dilakukan di chicago oleh Dr. Richard H. Lawler selama 45 menit (1950), hari lahirnya Andra Ramadhan (1972)
g.17 Juli 2009: Peristiwa ledakan bom di hotel JW Mariott dan Ritz-Carlton di kawasan Mega Kuningan, Jakarta.
h.17 Agustus: HUT RI (pastinya), hari kemerdekaan negara Gabon (Afrika), kelahiran Abu Bakar Ba'asyir dan wafatnya Wage Rudolf Supratman, pencipta lagu Indonesia Raya (1938)
i.17 September: PMI berdiri (1945), tewasnya Noordin M. Top (2009), Hari Perhubungan Nasional
j.17 Oktober: Banten resmi menjadi provinsi (2000), kelahiran Eminem (1972), kelahiran Kimi Raikkonen (1979), HUT Paskhas TNI AU, Hari Pemberantasan Kemiskinan Sedunia
k.17 November: Aktor Arnold Schwarzenegger dilantik sebagai Gubernur California (2003)
l.17 Desember: kelahiran Ludwig van Beethoven, komponis Jerman (1770), wafatnya H.O.S. Tjokroaminoto, pemimpin Sarekat Islam (1934), kelahiran Soe Hok Gie, aktivis Indonesia (1942), HUT Kodam V Brawijaya
viii.Ada tapinya nih sekarang, kalau aku sangat menyukai angka 17 yang kuanggap begitu fenomenal. Lain lagi nih di Italy, warga Italy menganggap bahwa angka 17 adalah angka Kesialan. Horor. Kenapakah bisa begitu. ??
Kalo kita telusuri, angka 17 dengan huruf Romawi dituliskan seperti ini XVII,
Tapi sebenarnya berdasarkan anagram dari orang romawi angka 17 dituliskan seperti ini VIXI yang dalam bahasa latinnya berarti "I have lived" atau "My life is over" atau "I'm dead yang berarti "saya telah mati".
Kalau anda pernah berkunjung ke Italy, pasti anda gak bakal nemuin hotel-hotel yang bernomor kamar 17, biasanya setelah angka 16 langsung dilongkap menjadi angka 18.
Didalam maskapai penerbangan Italy pun demikian tidak ada nomor penerbangan 17 dan Maskapai Alitalia tidak memiliki bangku baris 17.
Ditambah, kalau dihubungkan dengan sepakbola, Italia memainkan 11 pertandingan pada tanggal 17 dalam 30 tahun terakhir. Hasilnya?sungguh menyesakkan, mereka hanya menang empat kali!.
ix.10 jari dan 7 lubang di kepala manusia.
Rahasia dahsyat yang banyak manusia tidak tahu
x.Angka ini, 1 dan 7 (17) jika dijumlahkan juga akan menghasilkan angka keberuntungan delapan (8). Bangsa Cina yang sejarah peradabannya termasuk tua itu yakin angka 8 bermakna kekayaan. Bentuk angka 8 yang tidak terputus diartikan sebagai dinamis dan berkesinambungan.
Nah, itu tadi banyak arti dari angka 17. Boleh percaya atau tidak. Hehehe. . Guys, kenapa gua posting hal yang ada kaitannya dengan angka 17, itu karena saya baru saja berulang tahun. Doakan rejeki, asmara dan segalanya lancar gan !! Thanks for read. . :D
Hari ini genap 2 minggu sudah sejak kita pertama kali bertatap muka. Setiap kali memandangmu sekarang semua sudah berbeda. Aku suka gaya kamu dulu yang polos, cuek, acuh dan dingin. Nggak seperti yg akhir-akhir ini sering nampak di pelupuk mataku. Wajah lelaki yang intelegent dan sok tahu. Seharusnya mungkin aku senang, tapi kenyataannya nggak sama sekali. Aku justru sering gelisah, takut dan nggak nyaman kalau harus berada di dekatmu. Tidak tahu apa yang sebenarnya telah berubah dari hidupmu, atau aku merasa aku seperti anak kecil yang kurang paham menerima setiap perubahan yang tidak absen datang setiap detik pada dirimu.
Kamu tahu kenapa aku nggak nyaman? Kenapa aku risih saat kamu mulai terdiam dan memandangi tingkahku dengan mata kecoklatan menyelidik. Awalnya aku pikir, aku yang telah salah bersikap. Namun ternyata nggak, bukan aku yang merubah sikapku tapi sikapmu yang perlahan-lahan memudar entah menjadi warna apa sekarang.
Jika terdiam sendiri karena terbayang wajahmu. Pikiranku sering kali melayang ke waktu kala kita pertama kali berjumpa. Saat itu aku yang notabene gadis beranjak dewasa yang penakut mencoba memberanikan diri untuk masuk ke sebuah ruangan yang terlihat layaknya rumah sakit. Mengapa tidak karena semuanya berbau putih dipandang dari luar. Namun jangan pikir aku memang berada di rumah sakit, salah besar jika memikirkan itu, karena aku sekarang sedang masuk ke dalam ruangan yang selama kurang lebih 1 tahun akan menjadi tempatku mencari ilmu.
Dengan perasaan takut karena tak ada satupun orang yang aku kenal didalamnya, aku melangkah semakin dalam di ruangan yang memiliki jendela kecil dengan beberapa ventilasi tersebut. Sesekali beberapa gadis sebayaku melemparkan senyum yang dialamatkan kepadaku. Ada juga yang terdiam, melirikku lalu kembali acuh tak peduli.
Terdiam sesaat, aku memutar bola mata mencari-cari bangku yang kosong yang dapat aku jadikan singgasana ragaku. Hampir semuanya telah terisi oleh makhluk yang nantinya akan jadi teman sekelasku. Aku merutuki diri sendiri karena berangkat siang saat pertama kali masuk. Sekarang aku sendiri yang kebingungan mencari tempat duduk. Sedetik kemudian mataku berbinar, senyum tipis juga pasti mengembang di pipiku. Aku menemukan sebuah tempat duduk kosong di pojok kelas. Namun disampingnya sudah ada makhluk adam yang duduk diam sambil memainkan sebuah kunci yang samar-samar kulihat dari kejauhan.
Aku melirik jam tangan yang ada di tangan kiriku. Jarum jam berada tepat di angka sembilan sedangkan jarum pendek masih kebingungan karena berada di antara angka 8 dan 9. “15 menit lagi masuk”. Itu yang ada dalam pikiranku saat ini. Buru-buru aku membawa kakiku menuju ke pojok kelas agar cepat pula aku duduk sebelum bel masuk tanda pelajaran dimulai akan berbunyi.
Dari kejauhan pria itu nampak seperti patung yang bernafas. Rambutnya yang hitam, agak panjang menutupi telinga ia biarkan teracak namun kelihatan sempurna. Lekuk tubuhnya tidak dapat kulihat karena semuanya dibalut dengan jaket abu-abu kedodoran, gaya anak muda era ini. Bahkan aku tidak tahu ia memiliki kulit dengan warna apa, karena pergelangan tangannya ia masukkan ke dalam saku jaketnya. Matanya memandang ke arah depan, namun seperti memandang udara. Aku tersenyum dalam hati.
Kira-kira cukup dekat dari tempatnya duduk, aku berusaha tersenyum seindah mungkin. Berharap kesan pertamaku akan telihat elegan. Tetapi setelah beberapa detik menunggu, pria yang ternyata berkulit sawo matang tersebut, kulihat dari kakinya, sama sekali tidak merasa kalau aku sedang berharap dia menatapku lalu membalas senyumku. Matanya tetap memandang ke arah depan hanya tangannya saja yang berpindah dari dalam saku menjadi lipatan di pinggangnya. Kuberanikan diri untuk mengeluarkan suara meski terkesan terlalu kecil volumenya.
“Ada yang duduk disini nggak?”, ucapku perlahan.
Pria tersebut menoleh ke arahku, tak ada senyum, tak ada aura kepedulian sedikitpun. Dia justru memasang wajah seperti yang sering aku saksikan di pemakaman, wajah berduka cita. Kepalanya menggeleng samar, namun aku masih dapat memperhatikan.
Aku kemudian mendaratkan tubuhku dengan selamat di kursi berwarna coklat dan jauh dari kata empuk itu. Lalu aku melirik makhluk di sampingku. Kikuk rasanya, seperti duduk dengan seorang alien yang memiliki bahasa berbeda. Seperti layaknya peramal, ia tahu kalau sedari tadi aku memperhatikan gerak-geriknya. Ia kemudian mengalihkan pandangan menuju ke arahku, tak senang. Aku yang dikejutkan dengan inspeksi mendadaknya, secepat kilat berpura-pura mengangkat sebuah pembicaraan agar tidak terkesan telah memperhatikannya tadi.
“Namamu siapa? Kenalin aku Aralova”, kataku lagi sambil menjulurkan tanganku untuk mengajak berkenalan.
Yeah, pria itu hanya diam mengamati tanganku yang sudah mulai capek karena terus menerus tak mendapat sambutan. Matanya kemudian beralih memandangku, beberapa detik kemudian ia justru sibuk dengan acara lepas jaket dari tubuhnya. Kembali aku membodoh-bodohkan diriku sendiri karena telah mencoba membuka pembicaraan dengan makhluk aneh yang sekarang sedang melipat jaketnya tak rapi lalu memasukkan ke tas asal-asalan.
“Nanti lecek !!”, ucapku mengingatkan namun lebih terkesan melarang.
Dia hanya menanggapi kata-kataku dengan dingin. Buru-buru aku menyalahkan mulutku karena lancang berbicara seperti tadi. Kadang-kadang memang susah mengontrol mulutku ini, mungkin benar apa kata pepatah mulutmu harimaumu, jadi aku wajib ektra hati-hati dengan mulutku yang berbisa mengalahkan bisa ular kobra yang paling berbahaya sekalipun. Kalau tidak, bisa-bisa si alien ini membunuhku dengan tatapannya yang setajam belati.
“Alpha”, ia menyebutkan sebuah nama kepadaku.
“Iya udah tahu kok. Tadi sempat baca di tag name kamu”, suaraku renyah laksana kerupuk bercampur senyum gembira.
“Dari sekolah mana?”, tanyaku lagi untuk mencairkan suasana.
Alpha melirik badge yang menempel di lengan kirinya. Mataku mengikuti gerakan matanya.
“SMA 2 Wonosari”, aku mengeja layaknya anak kecil. “Itu kan di Yogya. Kenapa tersesat sampai disini?”, lagi-lagi aku bertanya dengan penuh keingintahuan.
“Manggil kamu gimana?”, tanya Alpha yang justru melontarkan pertanyaan lain, mengacuhkan pertanyaanku tadi.
“Ara bisa, Alova juga bisa. Terserah”. Jawabku girang karena aku paling suka jika ada orang yang kebingungan bagaimana harus memanggilku.
Alpha kembali diam, begitu juga dengan aku. Sepi, sunyi, padahal teman-teman yang lain asyik berbicara sambil tertawa-tawa. Namun di dekat Alpha, aku seperti masuk ke dalam dunianya yang penuh dengan kediaman. Begitu hening, namun diam-diam aku nyaman.
Seperti itulah awal perjumpaan kami. Menyebalkan namun selalu terkenang hingga detik ini. 1 minggu setelah pertemuan itu hal yang paling sering kami lakukan hanyalah bertengkar seperti anak kecil saat di kelas, padahal hal yang dipermasalahkan hanyalah hal yang sepele. Aneh rasanya, kami seperti tak mengingat umur yang sudah hampir menginjak 17 tahun. Seharusnya kami malu, tapi kami cuek. Beberapa hari setelahnya kami yang sebelumnya telah saling tukar menukar nomor handphone, menjadi semakin akrab. Alpha seringkali mengirim sebuah sms yang sejujurnya pun tidak penting, hanya menanyakan PR atau ada acara apa di sekolah. Dari topik yang tidak penting itulah tercipta sebuah kirim-mengirim sms yang bejibun jumlahnya, kadang-kadang pun sampai lupa bahwa malam sudah semakin larut. Namun, setiap kali membaca sms darinya entah kenapa aku sangat bersemangat, biasanya aku paling muak berurusan dengan teknologi satu ini, terlalu familier dan banyak fansnya bagiku.
Kesimpulan yang dapat aku tarik adalah Alpha nggak sepenuhnya cuek dan dingin. Alpha justru sangat perhatian dengan hal-hal kecil yang aku sendiri pun kadang lupa, seperti menghirup udara pagi untuk kesehatan, itu hal yang paling Alpha favoritkan. Jadi, setiap pagi saat aku masih sibuk memeluk bantal dan berkelana di alam mimpi, Alpha pasti terus-terusan menghubungiku lewat benda kecil yang meraung-raung tidak jelas tersebut. Dan pastinya awalnya aku marah-marah ketika pertama kali menekan tombol hijau, namun anehnya aku juga menurut. Sekarang pun rasanya kalau Alpha tidak menghubungiku seperti itu, aku merasa ada sesuatu yang ganjal.
Seperti pagi ini, Alpha tidak menghubungiku. Aku mencoba menghubunginya, namun justru dijawab oleh sebuah suara yang mengatakan “Maaf, nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar servis area”. Buru-buru aku memencet tombol merah dengan wajah penuh kekecewaan. Ditambah lagi dengan sikap Alpha yang aneh bin ajaib pula. Layaknya sayur asam tanpa garam, aku berangkat sekolah dengan tidak semangat. Tidak tahu juga apa yang sekarang bergejolak di dalam relung jiwaku ini, namun hanya 1 kata yang selalu berseliweran di otakku, Alpha. Menyebalkan.
Berharap sesampainya di sekolah nanti aku akan menemukan makhluk adam berwajah oriental itu. Namun yang ada justru sebuah kesakitan yang menyayat hati, seakan air tak lagi mengalir. Aku bukan disambut dengan senyum dingin Alpha, tetapi justru di dekati dengan seorang wanita yang kemudian aku tahu namanya Sella. Dia kakak kelasku, dapat aku lihat dari seragamnya yang sama persis denganku. Tetapi belum sempat aku menanyakan dia ada di kelas mana, dia keburu menghilang saat aku kejar. Kak Sella hanya menyerahkan sebuah surat beramplop biru tua klasik, saat aku bertanya surat itu dari siapa. Kak Sella hanya terdiam lalu menyuruhku membukanya. Dan pergi tanpa berkata-kata lagi.
Aku kebingungan. Tidak tahu harus aku apakan surat ini. Seandainya ada Alpha di dekatku, pasti aku akan memaksanya untuk membacakannya untukku, dan sudah kutebak pasti Alpha gencar menolak permintaanku. Pasti!! Tapi Alpha juga belum kelihatan, padahal 5 menit lagi bel masuk akan berbunyi.
“Bismillah, semoga bukan bom”, ucapku kala membuka surat itu perlahan-lahan.
Ada banyak deretan kata tersusun rapi dengan tulisan tangan. Aku memeras otak kuat-kuat, mengingat tulisan yang ada di kertas tersebut mirip dengan tulisan siapa. Aku yakin, aku memang tak asing dengan tulisan itu. Namun, gagal. Aku tak kunjung mengingatnya. Teman-teman sekelasku mulai mendekatiku, dan menyorakiku karena mereka pikir aku dapat surat cinta. Kalau pun memang benar, aku pasti akan berpikir “Ih, jadul banget 2011 mengutarakan cinta pakai surat. Kayak zaman Datuk maringgih aja”. Aku tertawa dalam hati. Karena tak mau semakin berselimutkan malu oleh ucapan ngawur teman-temanku, aku bergegas keluar kelas menuju sebuah tempat duduk di dekat halaman sekolahku.
Perlahan aku kembali memfokuskan seluruh otakku pada surat yang ternyata kertasnya mampu berkilauan di tempa sinar mentari. Indah. Aku mulai menerka-nerka kalau isinya memang surat cinta. Namun ternyata aku salah besar kala membaca isinya di dalam hati.
Dulu kamu sempat bertanya mengapa aku sampai tersesat di kota mungil ini. Dan sekarang, kamu berhak tahu apa jawabnya. Aku bukan tersesat, namun aku menyesatkan diri. Aku mencoba mencari suasana baru untuk hidupku yang tak lagi sempurna. Pasti kamu kebingungan karena otak kamu nggak sampai untuk memikirkan apa arti kata-kataku. Bodoh !! Lupakan itu.
Surat ini, cuma sekedar mau berucap maaf sama kamu Va. Sorry atas semua sifat dingin aku, cuek, jahat, sering bentak-bentak kamu, sering ganggu kamu saat pagi mau datang. Tapi kamu harus tahu yang sebenarnya kenapa aku melakukan itu.
Aku bukan jahat sama kamu. Tapi aku takut kalau nantinya aku akan merasa nyaman sama kamu. Dan sialnya lagi, ketakutanku menjadi kebenaran. Aku terlalu nyaman ada di dekatmu Va meski kamu bodoh, cerewet, nggak bisa diatur. Aku suka sama kamu.
Dan ini maaf keduaku, untuk kepergianku yang tiba-tiba. Maaf, maaf, maaf. Aku pamit cuma lewat sepucuk surat nggak bermakna ini, aku harus balik ke rumah orang tuaku karena mereka lebih butuh aku sekarang ini. dan yang paling membulatkan tekadku adalah aku nggak mau terjebak dalam perasaanku ke kamu. Aku jauh lebih takut kehilanganmu nanti, saat aku telah memilikimu.
Aku tahu kamu udah kebanjiran airmata sekarang, karena kamu pasti bingung. Kamu kan nggak punya teman selain aku. Haha. . jangan sedih bodoh. Aku yakin, beberapa detik lagi Tuhan mengirimkan teman yang lebih baik dari aku. Nomor handphone ku ganti, yang lama udah aku kubur di pemakaman dekat rumah nenekku. Yang baru kamu nggak boleh tahu, nggak berhak tahu, dan nggak usah nyari tahu.
Jangan lupa bangun pagi dan hirup udara saat itu. Karena aku selalu ada di setiap udara yang kamu hirup meski kamu tak pernah bisa meraihnya. Sayang kamu, Bodoh !!
Mei 2011
AlphaLova (aku tahu singkatan ini dari Handphone kamu, Alpha dan Alova)
Tak mampu lagi berkata-kata. Air mataku mengalir tak tertahan. Dan ternyata ini sebuah kejutan hebat untuk hari ini. Kepergianmu secepat kedatanganmu. Kugenggam kertas itu lalu kumasukkan ke saku bajuku.
Aku berucap lirih “Alphalova, menyebalkan !!”.
Ngawi, 2011
Berkawan sepi.
Inspirasi cerpen ini aku dapatkan dari seorang "...." yg sekarang jauh di sana. Makasih yy, aku dapat nilai bagus sebabnya. . :D