This is My Blog

Bukan Blog yang sempurna, hanya sekedar cuap-cuap.
Mampir-mampir melihat juga boleh. . ^-^

Rabu, 18 Mei 2011

Spesial dari Angka 17


            “17 agustus tahun empat lima itulah hari kemerdekaan kita. . “, masih inget ada banyak orang bernyanyi seperti itu di hari 17 agustus kagak?? Nah itulah kenapa aku bilang 17 itu sempurna, menurutku. 17 itu indah, harapanku. 17 itu segalanya. Ada beberapa fakta tentang angka 17 nee. Cekiidoott. .
        i.       17 itu hari kemerdekaan negara kita tercinta, indonesia raya. Bebas dari penjajah dan segala kekejaman yang mereka telah perbuat. Tapi tapi, sekarang kita justru terkontaminasi sama neokolonialisme, ayo bangkit kembali. .
      ii.       Saat ulang tahun ke 17, biasanya itulah yang paling dinantikan dan nantinya dirayakan. Selain itu saat berumur 17 tahun banyak orang mendapat hal yang baru, contohnya KTP danSIM.
    iii.        Maaf, bukan bermaksud menyinggung sara.  Jumlah rakaat sholat wajib itu juga 17 loohh. .
    iv.       Eiitss, maaf lagi ya. Kitab suci Al quran juga diturunkan tangal 17 ramadhan.
      v.       Upacara 17 agustus yang ke-17 adalah siaran perdana stasiun TVRI langsung dari Istana Merdeka
    vi.       Banyak orang berpikir bahwa 17 itu angka yang bersifat Teologis, Numerologis, dan Mistis. Angka 17 itu terdiri dari 2 angka, 1 dan 7. 1 artinya Maha Esa, Maha Agung, dan satu-satunya. Dan 7 ada beberapa maksud, Look at this :
a.       7 keajaiban dunia
b.      7 lapis langit
c.       7 Benua (Asia, Australia, Amerika Utara, Amerika Selatan, Afrika, Eropa, dan Antartika)
d.      7 Samudera (Pasifik Utara, Pasifik Selatan, Atlantik Utara, Atlantik Selatan, Hindia, Antartika, dan Artik)
e.       7 Hari dalam 1 Minggu.
  vii.       Kalau yang ini, ada apa yang terjadi dengan tanggal 17 di seluruh dunia :
a.       17 Januari: adalah kelahiran Ari Lasso (1973), di Amerika diperingati sebagai Hari Martin Luther King (pejuang diskriminasi rasial)
b.      17 Februari 1981, hari kelahiran Paris Hilton, anak pengusaha yang punya hotel Hilton, ahli waris dari Hilton Hotels Corporation
c.       17 Maret : meletusnya gunung agung (1963), kelahiran Kris Biantoro (1938), kelahiran cendekiawan Nurcholish Madjid (1939), dan kelahiran Mieke Wijaya
d.      17 April: kemerdekaan negara Kamboja
e.       17 Mei: aktor Sophan Sophiaan meninggal dunia (2008) dan Mama Lauren (2010), Hari ini pula aku bertambah tua dengan usia 17 juga. . :D
f.       17 Juni: pahlawan nasional dari Sumut, Sisingamangaraja XII meninggal dunia (1907), operasi transplantasi ginjal pertama dilakukan di chicago oleh Dr. Richard H. Lawler selama 45 menit (1950), hari lahirnya Andra Ramadhan (1972)
g.      17 Juli 2009: Peristiwa ledakan bom di hotel JW Mariott dan Ritz-Carlton di kawasan Mega Kuningan, Jakarta.
h.      17 Agustus: HUT RI (pastinya), hari kemerdekaan negara Gabon (Afrika), kelahiran Abu Bakar Ba'asyir dan wafatnya Wage Rudolf Supratman, pencipta lagu Indonesia Raya (1938)
i.        17 September: PMI berdiri (1945), tewasnya Noordin M. Top (2009), Hari Perhubungan Nasional
j.        17 Oktober: Banten resmi menjadi provinsi (2000), kelahiran Eminem (1972), kelahiran Kimi Raikkonen (1979), HUT Paskhas TNI AU, Hari Pemberantasan Kemiskinan Sedunia
k.      17 November: Aktor Arnold Schwarzenegger dilantik sebagai Gubernur California (2003)
l.        17 Desember: kelahiran Ludwig van Beethoven, komponis Jerman (1770), wafatnya H.O.S. Tjokroaminoto, pemimpin Sarekat Islam (1934), kelahiran Soe Hok Gie, aktivis Indonesia (1942), HUT Kodam V Brawijaya
viii.       Ada tapinya nih sekarang, kalau aku sangat menyukai angka 17 yang kuanggap begitu fenomenal. Lain lagi nih di Italy, warga Italy menganggap bahwa angka 17 adalah angka Kesialan. Horor. Kenapakah bisa begitu. ??
Kalo kita telusuri, angka 17 dengan huruf Romawi dituliskan seperti ini XVII,
Tapi sebenarnya berdasarkan anagram dari orang romawi angka 17 dituliskan seperti ini VIXI yang dalam bahasa latinnya berarti "I have lived" atau "My life is over" atau "I'm dead yang berarti "saya telah mati".
Kalau anda pernah berkunjung ke Italy, pasti anda gak bakal nemuin hotel-hotel yang bernomor kamar 17, biasanya setelah angka 16 langsung dilongkap menjadi angka 18.
Didalam maskapai penerbangan Italy pun demikian tidak ada nomor penerbangan 17 dan Maskapai Alitalia tidak memiliki bangku baris 17.
Ditambah, kalau dihubungkan dengan sepakbola, Italia memainkan 11 pertandingan pada tanggal 17 dalam 30 tahun terakhir. Hasilnya?sungguh menyesakkan, mereka hanya menang empat kali!.
ix.            10 jari dan 7 lubang di kepala manusia.
Rahasia dahsyat yang banyak manusia tidak tahu
x.              Angka ini, 1 dan 7 (17) jika dijumlahkan juga akan menghasilkan angka keberuntungan delapan (8). Bangsa Cina yang sejarah peradabannya termasuk tua itu yakin angka 8 bermakna kekayaan. Bentuk angka 8 yang tidak terputus diartikan sebagai dinamis dan berkesinambungan.

Nah, itu tadi banyak arti dari angka 17. Boleh percaya atau tidak. Hehehe. . Guys, kenapa gua posting hal yang ada kaitannya dengan angka 17, itu karena saya baru saja berulang tahun. Doakan rejeki, asmara dan segalanya lancar gan !! Thanks for read. . :D

Merpati Putih

 

Merpati Putih 
Seusia malam kumenantimu
Di hembus embun aku tersipu
Mungkinkah kau lupa temui janji kita
Kau gembira bersama teman-temanmu

Berlari-lari kumencarimu
Selembut salju musim berlalu
Mengapa berubah sekerling mata
Hatiku gundah tiada terkira

Reff.
Kau umpama merpati putih
Patah sayapnya di udara
Kau umpama merpati putih
Patah sayapnya di udara
Bercahaya. . 

Minggu, 08 Mei 2011

Sekejap Menghilang


Hari ini genap 2 minggu sudah sejak kita pertama kali bertatap muka. Setiap kali memandangmu sekarang semua sudah berbeda. Aku suka gaya kamu dulu yang polos, cuek, acuh dan dingin. Nggak seperti yg akhir-akhir ini sering nampak di pelupuk mataku. Wajah lelaki yang intelegent dan sok tahu. Seharusnya mungkin aku senang, tapi kenyataannya nggak sama sekali. Aku justru sering gelisah, takut dan nggak nyaman kalau harus berada di dekatmu. Tidak tahu apa yang sebenarnya telah berubah dari hidupmu, atau aku merasa aku seperti anak kecil yang kurang paham menerima setiap perubahan yang tidak absen datang setiap detik pada dirimu.
            Kamu tahu kenapa aku nggak nyaman? Kenapa aku risih saat kamu mulai terdiam dan memandangi tingkahku dengan mata kecoklatan menyelidik. Awalnya aku pikir, aku yang telah salah bersikap. Namun ternyata nggak, bukan aku yang merubah sikapku tapi sikapmu yang perlahan-lahan memudar entah menjadi warna apa sekarang.
            Jika terdiam sendiri karena terbayang wajahmu. Pikiranku sering kali melayang ke waktu kala kita pertama kali berjumpa. Saat itu aku yang notabene gadis beranjak dewasa yang penakut mencoba memberanikan diri untuk masuk ke sebuah ruangan yang terlihat layaknya rumah sakit. Mengapa tidak karena semuanya berbau putih dipandang dari luar. Namun jangan pikir aku memang berada di rumah sakit, salah besar jika memikirkan itu, karena aku sekarang sedang masuk ke dalam ruangan yang selama kurang lebih 1 tahun akan menjadi tempatku mencari ilmu.
            Dengan perasaan takut karena tak ada satupun orang yang aku kenal didalamnya, aku melangkah semakin dalam di ruangan yang memiliki jendela kecil dengan beberapa ventilasi tersebut. Sesekali beberapa gadis sebayaku melemparkan senyum yang dialamatkan kepadaku. Ada juga yang terdiam, melirikku lalu kembali acuh tak peduli.
            Terdiam sesaat, aku memutar bola mata mencari-cari bangku yang kosong yang dapat aku jadikan singgasana ragaku. Hampir semuanya telah terisi oleh makhluk yang nantinya akan jadi teman sekelasku. Aku merutuki diri sendiri karena berangkat siang saat pertama kali masuk. Sekarang aku sendiri yang kebingungan mencari tempat duduk. Sedetik kemudian mataku berbinar, senyum tipis juga pasti mengembang di pipiku. Aku menemukan sebuah tempat duduk kosong di pojok kelas. Namun disampingnya sudah ada makhluk adam yang duduk diam sambil memainkan sebuah kunci yang samar-samar kulihat dari kejauhan.
            Aku melirik jam tangan yang ada di tangan kiriku. Jarum jam berada tepat di angka sembilan sedangkan jarum pendek masih kebingungan karena berada di antara angka 8 dan 9. “15 menit lagi masuk”. Itu yang ada dalam pikiranku saat ini. Buru-buru aku membawa kakiku menuju ke pojok kelas agar cepat pula aku duduk sebelum bel masuk tanda pelajaran dimulai akan berbunyi.
Dari kejauhan pria itu nampak seperti patung yang bernafas. Rambutnya yang hitam, agak panjang menutupi telinga ia biarkan teracak namun kelihatan sempurna. Lekuk tubuhnya tidak dapat kulihat karena semuanya dibalut dengan jaket abu-abu kedodoran, gaya anak muda era ini. Bahkan aku tidak tahu ia memiliki kulit dengan warna apa, karena pergelangan tangannya ia masukkan ke dalam saku jaketnya. Matanya memandang ke arah depan, namun seperti memandang udara. Aku tersenyum dalam hati.
Kira-kira cukup dekat dari tempatnya duduk, aku berusaha tersenyum seindah mungkin. Berharap kesan pertamaku akan telihat elegan. Tetapi setelah beberapa detik menunggu, pria yang ternyata berkulit sawo matang tersebut, kulihat dari kakinya, sama sekali tidak merasa kalau aku sedang berharap dia menatapku lalu membalas senyumku. Matanya tetap memandang ke arah depan hanya tangannya saja yang berpindah dari dalam saku menjadi lipatan di pinggangnya. Kuberanikan diri untuk mengeluarkan suara meski terkesan terlalu kecil volumenya.
“Ada yang duduk disini nggak?”, ucapku perlahan.
Pria tersebut menoleh ke arahku, tak ada senyum, tak ada aura kepedulian sedikitpun. Dia justru memasang wajah seperti yang sering aku saksikan di pemakaman, wajah berduka cita. Kepalanya menggeleng samar, namun aku masih dapat memperhatikan.
Aku kemudian mendaratkan tubuhku dengan selamat di kursi berwarna coklat dan jauh dari kata empuk itu. Lalu aku melirik makhluk di sampingku. Kikuk rasanya, seperti duduk dengan seorang alien yang memiliki bahasa berbeda. Seperti layaknya peramal, ia tahu kalau sedari tadi aku memperhatikan gerak-geriknya. Ia kemudian mengalihkan pandangan menuju ke arahku, tak senang. Aku yang dikejutkan dengan inspeksi mendadaknya, secepat kilat berpura-pura mengangkat sebuah pembicaraan agar tidak terkesan telah memperhatikannya tadi.
“Namamu siapa? Kenalin aku Aralova”, kataku lagi sambil menjulurkan tanganku untuk mengajak berkenalan.
Yeah, pria itu hanya diam mengamati tanganku yang sudah mulai capek karena terus menerus tak mendapat sambutan. Matanya kemudian beralih memandangku, beberapa detik kemudian ia justru sibuk dengan acara lepas jaket dari tubuhnya. Kembali aku membodoh-bodohkan diriku sendiri karena telah mencoba membuka pembicaraan dengan makhluk aneh yang sekarang sedang melipat jaketnya tak rapi lalu memasukkan ke tas asal-asalan.
“Nanti lecek !!”, ucapku mengingatkan namun lebih terkesan melarang.
Dia hanya menanggapi kata-kataku dengan dingin. Buru-buru aku menyalahkan mulutku karena lancang berbicara seperti tadi. Kadang-kadang memang susah mengontrol mulutku ini, mungkin benar apa kata pepatah mulutmu harimaumu, jadi aku wajib ektra hati-hati dengan mulutku yang berbisa mengalahkan bisa ular kobra yang paling berbahaya sekalipun. Kalau tidak, bisa-bisa si alien ini membunuhku dengan tatapannya yang setajam belati.
“Alpha”, ia menyebutkan sebuah nama kepadaku.
“Iya udah tahu kok. Tadi sempat baca di tag name kamu”, suaraku renyah laksana kerupuk bercampur senyum gembira.
“Oh !!”, Alpha bersuara sambil menaruh tangannya diatas bangku.
“Dari sekolah mana?”, tanyaku lagi untuk mencairkan suasana.
Alpha melirik badge yang menempel di lengan kirinya. Mataku mengikuti gerakan matanya.
“SMA 2 Wonosari”, aku mengeja layaknya anak kecil. “Itu kan di Yogya. Kenapa tersesat sampai disini?”, lagi-lagi aku bertanya dengan penuh keingintahuan.
“Manggil kamu gimana?”, tanya Alpha yang justru melontarkan pertanyaan lain, mengacuhkan pertanyaanku tadi.
“Ara bisa, Alova juga bisa. Terserah”. Jawabku girang karena aku paling suka jika ada orang yang kebingungan bagaimana harus memanggilku.
Alpha kembali diam, begitu juga dengan aku. Sepi, sunyi, padahal teman-teman yang lain asyik berbicara sambil tertawa-tawa. Namun di dekat Alpha, aku seperti masuk ke dalam dunianya yang penuh dengan kediaman. Begitu hening, namun diam-diam aku nyaman.
Seperti itulah awal perjumpaan kami. Menyebalkan namun selalu terkenang hingga detik ini. 1 minggu setelah pertemuan itu hal yang paling sering kami lakukan hanyalah bertengkar seperti anak kecil saat di kelas, padahal hal yang dipermasalahkan hanyalah hal yang sepele. Aneh rasanya, kami seperti tak mengingat umur yang sudah hampir menginjak 17 tahun. Seharusnya kami malu, tapi kami cuek. Beberapa hari setelahnya kami yang sebelumnya telah saling tukar menukar nomor handphone, menjadi semakin akrab. Alpha seringkali mengirim sebuah sms yang sejujurnya pun tidak penting, hanya menanyakan PR atau ada acara apa di sekolah. Dari topik yang tidak penting itulah tercipta sebuah kirim-mengirim sms yang bejibun jumlahnya, kadang-kadang pun sampai lupa bahwa malam sudah semakin larut. Namun, setiap kali membaca sms darinya entah kenapa aku sangat bersemangat, biasanya aku paling muak berurusan dengan teknologi satu ini, terlalu familier dan banyak fansnya bagiku.
Kesimpulan yang dapat aku tarik adalah Alpha nggak sepenuhnya cuek dan dingin. Alpha justru sangat perhatian dengan hal-hal kecil yang aku sendiri pun kadang lupa, seperti  menghirup udara pagi untuk kesehatan, itu hal yang paling Alpha favoritkan. Jadi, setiap pagi saat aku masih sibuk memeluk bantal dan berkelana di alam mimpi, Alpha pasti terus-terusan menghubungiku lewat benda kecil yang meraung-raung tidak jelas tersebut. Dan pastinya awalnya aku marah-marah ketika pertama kali menekan tombol hijau, namun anehnya aku juga menurut. Sekarang pun rasanya kalau Alpha tidak menghubungiku seperti itu, aku merasa ada sesuatu yang ganjal.
Seperti pagi ini, Alpha tidak menghubungiku. Aku mencoba menghubunginya, namun justru dijawab oleh sebuah suara yang mengatakan “Maaf, nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar servis area”. Buru-buru aku memencet tombol merah dengan wajah penuh kekecewaan. Ditambah lagi dengan sikap Alpha yang aneh bin ajaib pula. Layaknya sayur asam tanpa garam, aku berangkat sekolah dengan tidak semangat. Tidak tahu juga apa yang sekarang bergejolak di dalam relung jiwaku ini, namun hanya 1 kata yang selalu berseliweran di otakku, Alpha. Menyebalkan.
Berharap sesampainya di sekolah nanti aku akan menemukan makhluk adam berwajah oriental itu. Namun yang ada justru sebuah kesakitan yang menyayat hati, seakan air tak lagi mengalir. Aku bukan disambut dengan senyum dingin Alpha, tetapi justru di dekati dengan seorang wanita yang kemudian aku tahu namanya Sella. Dia kakak kelasku, dapat aku lihat dari seragamnya yang sama persis denganku. Tetapi belum sempat aku menanyakan dia ada di kelas mana, dia keburu menghilang saat aku kejar. Kak Sella hanya menyerahkan sebuah surat beramplop biru tua klasik, saat aku bertanya surat itu dari siapa. Kak Sella hanya terdiam lalu menyuruhku membukanya. Dan pergi tanpa berkata-kata lagi.
Aku kebingungan. Tidak tahu harus aku apakan surat ini. Seandainya ada Alpha di dekatku, pasti aku akan memaksanya untuk membacakannya untukku, dan sudah kutebak pasti Alpha gencar menolak permintaanku. Pasti!! Tapi Alpha juga belum kelihatan, padahal 5 menit lagi bel masuk akan berbunyi.
“Bismillah, semoga bukan bom”, ucapku kala membuka surat itu perlahan-lahan.
Ada banyak deretan kata tersusun rapi dengan tulisan tangan. Aku memeras otak kuat-kuat, mengingat tulisan yang ada di kertas tersebut mirip dengan tulisan siapa. Aku yakin, aku memang tak asing dengan tulisan itu. Namun, gagal. Aku tak kunjung mengingatnya. Teman-teman sekelasku mulai mendekatiku, dan menyorakiku karena mereka pikir aku dapat surat cinta. Kalau pun memang benar, aku pasti akan berpikir “Ih, jadul banget 2011 mengutarakan cinta pakai surat. Kayak zaman Datuk maringgih aja”. Aku tertawa dalam hati. Karena tak mau semakin berselimutkan malu oleh ucapan ngawur teman-temanku, aku bergegas keluar kelas menuju sebuah tempat duduk di dekat halaman sekolahku.
Perlahan aku kembali memfokuskan seluruh otakku pada surat yang ternyata kertasnya mampu berkilauan di tempa sinar mentari. Indah. Aku mulai menerka-nerka kalau isinya memang surat cinta. Namun ternyata aku salah besar kala membaca isinya di dalam hati.
          Dulu kamu sempat bertanya mengapa aku sampai tersesat di kota mungil ini. Dan sekarang, kamu berhak tahu apa jawabnya. Aku bukan tersesat, namun aku menyesatkan diri. Aku mencoba mencari suasana baru untuk hidupku yang tak lagi sempurna. Pasti kamu kebingungan karena otak kamu nggak sampai untuk memikirkan apa arti kata-kataku. Bodoh !! Lupakan itu.
Surat ini, cuma sekedar mau berucap maaf sama kamu Va. Sorry atas semua sifat dingin aku, cuek, jahat, sering bentak-bentak kamu, sering ganggu kamu saat pagi mau datang. Tapi kamu harus tahu yang sebenarnya kenapa aku melakukan itu.
Aku bukan jahat sama kamu. Tapi aku takut kalau nantinya aku akan merasa nyaman sama kamu. Dan sialnya lagi, ketakutanku menjadi kebenaran. Aku terlalu nyaman ada di dekatmu Va meski kamu bodoh, cerewet, nggak bisa diatur. Aku suka sama kamu.
Dan ini maaf keduaku, untuk kepergianku yang tiba-tiba. Maaf, maaf, maaf. Aku pamit cuma lewat sepucuk surat nggak bermakna ini, aku harus balik ke rumah orang tuaku karena mereka lebih butuh aku sekarang ini. dan yang paling membulatkan tekadku adalah aku nggak mau terjebak dalam perasaanku ke kamu. Aku jauh lebih takut kehilanganmu nanti, saat aku telah memilikimu. 
Aku tahu kamu udah kebanjiran airmata sekarang, karena kamu pasti bingung. Kamu kan nggak punya teman selain aku. Haha. . jangan sedih bodoh. Aku yakin, beberapa detik lagi Tuhan mengirimkan teman yang lebih baik dari aku. Nomor handphone ku ganti, yang lama udah aku kubur di pemakaman dekat rumah nenekku. Yang baru kamu nggak boleh tahu, nggak berhak tahu, dan nggak usah nyari tahu.
Jangan lupa bangun pagi dan hirup udara saat itu. Karena aku selalu ada di setiap udara yang kamu hirup meski kamu tak pernah bisa meraihnya. Sayang kamu, Bodoh !!
Mei 2011
AlphaLova (aku tahu singkatan ini dari Handphone kamu, Alpha dan Alova)
Tak mampu lagi berkata-kata. Air mataku mengalir tak tertahan. Dan ternyata ini sebuah kejutan hebat untuk hari ini. Kepergianmu secepat kedatanganmu. Kugenggam kertas itu lalu kumasukkan ke saku bajuku.
Aku berucap lirih “Alphalova, menyebalkan !!”.

Ngawi, 2011
Berkawan sepi.


Inspirasi cerpen ini aku dapatkan dari seorang "...." yg sekarang jauh di sana. Makasih yy, aku dapat nilai bagus sebabnya. . :D

Kamis, 28 April 2011

Menghitung Berkat (Miray Kemuning)


Sebaris kalimat bijak di atas memang sudah menjadi teman penolongku sejak lama. Aku ingat saat aku merasa marah dan kecewa berpuluh tahun yang lalu. Ketika itu aku masih seorang gadis kecil, yang mengalami hari yang buruk. Hasil ujian yang buruk, bermusuhan dengan teman, kehilangan jepit rambut, dan rusaknya boneka kesayangan karena gigitan anjing. Hari itu aku merasa begitu marah, tak berdaya dan sedih. Seperti biasa, ibuku datang dan menghibur, lalu dia menuliskan sebaris kalimat diatas dalam catatan harian kecilku. Intinya, ibuku ingin mengingatkanku kalau tak pernah ada satu hari buruk tanpa satu sukacita yang kualami. Pasti ada yang baik yang Dia berikan saat aku merasa semua berjalan tak seperti yang kumau. Bahkan hal yang kuanggap kekecewaanpun, adalah berkat yang patut kuhitung. Karena kekecewaan itu bisa menjadi bahan pemacu, bahan evaluasi dan bahan penguat untuk aku kembali bersemangat memasuki hari yang lain.

Aku ingat, saat ibuku mengajakku duduk bersama dan menghitung berkat disaat aku justru merasa tak mampu menghitungnya. Sering di atas secarik kertas putih, kami menuliskan deretan berkat yang kami terima hari itu. Setelah beberapa saat kertas putih itu akan penuh dengan tulisan bertinta yang juga sering kabur karena tetesan air mata. Dan tak jarang kami memerlukan kertas lain lagi untuk menuliskan setiap berkat yang kami terima hari itu. Sambil menulis, ibuku tak jarang menyelipkan kata-kata penghiburan yang mendorongku untuk tetap kuat, tabah dan sabar dalam menghadapi saat yang menyesakkan. Dan setelah kami merasa lelah dengan kegiatan hitung menghitung yang selalu membuatku tercengang akan begitu banyaknya jumlah berkat yang mampu kuhitung, ibuku juga mengingatkan bahwa masih banyak jumlah berkat yang belum sempat tertulis padahal lenganku sudah lelah. Dari hal itu aku boleh belajar, bahwa suatu hal akan membawa kesedihan atau kesukaan tergantung bagaimana kita melihat dan menyikapinya. Ujungnya, beliau akan mengajakku melihat kenyataan bahwa ada dua pilihan untukku. Pilihan pertama aku boleh terus duduk diam dan menyesali serta memikirkan semua kesedihanku, atau aku mau bangkit dan bersyukur serta memulai lagi.

Saat ini, setelah puluhan tahun berlalu, ibuku tak ada disampingku ketika aku ada dipersimpangan jalan lagi. Tak ada suara lembut dan tatapan hangat ketika airmata mulai membuat pandangan mataku menjadi kabur. Tapi, kuraih juga selembar kertas putih. Kali ini kumulai dengan menuliskan perasaan negatifku. Aku merasa diperlakukan tidak adil oleh alam ini. Tahun lalu aku menderita sakit hebat yang membuatku harus menjalani pengobatan panjang selama setahun. Hal ini membuatku tak mampu menyelesaikan tugas-tugasku tepat pada waktunya. Setelah deadline terlewati tanpa aku sanggup memenuhinya membuatku kehilangan sumber penghasilanku dan membuatku sedikit panik akan kehidupanku di negri asing ini. Kutambahkan lagi pukulan terakhir dalam hidupku dengan gagalnya proposalku. Tanganku bergetar ketika kutuliskan hal ini. Selama ini aku sering berpikir, aku sudah menghadapi begitu banyak kesusahan setahun terakhir, karenanya aku layak untuk mendapatkan sedikit kegembiraan dengan keberhasilan proposalku. Ternyata tidak seperti itu. Aku tetap tidak berhasil dengan proposal penelitianku. Dan aku sedih. Aku merasa tak sanggup mengitung berkatku hari itu.

Kutinggalkan kertas berisi daftar kesedihan dan kekecewaanku, dan aku mulai menghubungi sahabat-sahabat baikku dan membagikan apa yang kurasakan. Kukatakan aku merasa sedih, malu, kecewa dan marah. Sahabat-sahabatku dengan serta merta memberikan dorongan semangat dan penghiburan. Melalui candaan, melalui teguran, melalui dorongan, mereka sedikit banyak telah menghangatkan hatiku. Aku tak merasa sendiri lagi.

Kuangkat juga gagang telepon dan ketika kudengar suara lembut yang begitu kurindukan, tumpahlah kembali semua cerita kesedihan itu. Dan di ujung sana, suara yang sama mengajakku untuk kembali memilih. Memilih untuk berlama-lama dengan semua pikiran negatif, atau memilih untuk menghitung berkat dan bangkit kembali.

Aku duduk sendiri saat ini. Hatiku masih sedih dan mataku masih sedikit bengkak. Tetapi rasanya tak apa menjadi sedih sesekali. Disisi lain aku tahu bahwa aku diperhadapkan pada pilihan lagi. Aku harus membuat deadline terhadap cara pandang dan posisiku dalam menyikapi kegagalan ini. Di depanku ada secarik kertas putih dan aku aku teringat akan keberadaan orang tua, saudara, sahabat, teman dan mereka yang dekat sudah menolongku untuk memilih. Kali ini aku memilih untuk tak mau tenggelam dalam perasaan yang tak menentu. Aku memilih untuk memandang kedepan dan menghitung berkat yang kuterima. Aku memilih untuk menerima kesakitan ini sebagai bagian dari proses perjalanan hidup yang akan semakin membuatku kuat. Memang aku tak tahu apa yang ada di depan, dan aku tak perlu tahu. Ketidaktahuan akan membuatku terus bergerak, berusaha dan berharap. Terimakasih Sang Maha, karena Kau lengkapi hidupku dengan berkat yang tak ternilai. Rasanya aku perlu bertumpuk lembaran kertas putih untuk menghitung berkatku hari ini.

Kamis, 21 April 2011

Methamorphosis


Aku terlahir punya beberapa tahap layaknya kupu-kupu. Berubah-berubah terus eeuuyy. . :D
Look My Methamorphosis, ada yg lucu sampai yg memalukan. .
Tapi, aku suka !! Karena inilah aku. . ^,^

Dari kecil, ada cita-cita jadi fotomodel. Tapi samapi sekarang belum kesampaian. . :D
Nggak enak juga jadi anak kecil. Orang gede jadi bebas jahilin aku. T.T. . :(
Eh, udah ngejahilin, aku nangis justru diketawain. Benar-benar terlalu jadi orang dewasa itu. . haha.





 Ada saatnya menagis, nih ada saatnya bersenang-senang. Aku paling suka diajak jalan-jalan. Iyalah, anak kecil mana yang nggak suka jalan-jalan. 
Tapi sekarang udah gede, malah jarang keluar eeuuyy. . !!
Bareng bunda tercinta. Mirip nggak. . ?? Hehe
Nih Fotrografernya memuakkan. Nggak tau panas apa, jadinya kan fotonya cemberut semua !!
Ada aku yang pakai baju belang-belang kayak zebra. Yang lainnya adalah saudara sepupu.

Kalau yang ini waktu aku duduk di bangku SMP kelas 8.
study tour bareng teman* tercinta di Malang. Kangen. . :(

Ada yang tahu ini dimana? Hayo coba tebak. Tidak ada clue. :D
Aku dengan kak Winda dan maz Rizal nih. . 
Orang tua berteriak karena takut ombak, kita asyik berpose. Dasar, anak-anak Durhaka. 
 Ini aku sekarang, umur hampir 17 tahun. Tunggu 1 bulan lagi. Kadonya yy. . saya tunggu.
Terimakasih. . :D

God sent me here to enliven the world
Deposited in the mother's womb for 9 months
And finally now able to see the world with a smile
Thank god, mother, family, friends, ayoba.
You are everything that I have
I love you all. . :D

Si Bukit Bintang - Hargo Dumilah


               Aku bukan orang Jogjakarta sih, ke Jogja juga nggak sering-sering banget. Tapi suka banget sama tuh kota. Dingin enggak juga, Panas lumayan. Tapi nggak tahu deh, punya ciri khas sendiri. Jadi betah kalau ke jogja.
Ada lagi nih yang seru dari sebuah tempat di daerah jogja, penasaran nggak?? Cuap-cuap bentar ya. Namanya Bukit Hargo Dumilah atau sering disebut dengan Bukit bintang. Tempatnya asyik eeuuyy. Apalagi kalau nikmatin suasananya di waktu malam, bareng kekasih tercinta, makin oke deh. (Piss, ngelantur)
Hargo Dumilah dikala Siang
Bukit ini terletak di sekitar 20 km di sebelah tenggara kota Jogjakarta. Tepatnya sih di perbatasan antara Bantul dengan Gunung Kidul. Tau nggak apa istimewanya Bukit bintang ini? Yeah, tempat ini punya keindahan alam yang begitu menakjubkan. Kalau  pagi pengunjung dapat menikmati kota Jogja dari atas, jadi kelihatan seperti apa lekuk-lekuk Jogja mulai dari sungai, jalan-jalan, rumah-rumah dan seabreg benda lain yang seperti semut berjajar rapi kalau dilihat dari sini. Nah, kalau malam mulai datang, yang ada pemandangan semakin menakjubkan. Semakin takut deh sama Allah. . hehe. Kenapa menakjubkan, ya jelas lah. Kalian dapat melihat seperti sebuah bintang yang jutaan jumlahnya namun di bawah. Seperti berada dalam dunia khayalan. Beda kan?? ^_^
Kala Senja menghiasi
Pada saat pertama kali saya mengunjungi daerah ini, semuanya belum seramai sekarang. Kawasan wisata ini belum terlalu di publikasikan (begitulah kira-kira). Tempat ini masih sepi, dan menakutkan. Soalnya lokasi tempat ini berada di pinggir jalan dan jalannya menurun serta ada belokan tajam. Jadi, perlu safety deh kalau bawa anak kecil, ibu hamil dan kakek-nenek. Tapi kalau sekarang, wow. . Menakjubkan. Kawasan ini ramai dikunjungi wisatawan Manca maupun dalam negeri. Khususnya malam minggu dan malam pergantian tahun. Bisa bayangkan menunggu pergantian tahun dengan menyaksikan kembang api yang bermacam-macam bentuknya. . *pengin !!
Bintang yang menjadi daya tarik Bukit ini
Beruntungnya lagi, masyarakat di daerah sekitar juga jeli melihat potensi wisata yang terdapat di Bukit hargodumilah tersebut. Jadilah mulai di bangun warung-warung makan yang menyediakan makanan dan minuman. Kalau ingin menikmati kawasan ini dengan lebih mewah, sekarang sudah di sediakan tempat penginapan beserta restoran yang tentunya haram untuk di lewatkan.
Nggak pakai keluar uang segala kalau mau menikmati Bukit bintang ini, mungkin hanya di pungut biaya parkir sebesar Rp 2000,00. Hayoo. . nggak mahal kan? ^_^.
Tapi, hati-hati jika melintas di kawasan ini. Karena daerahnya yang rawan kecelakaan, jadi harus sangat ahli dalam mengendarai kendaraan. Banyak kecelakaan yang terjadi di daerah ini. Anda juga tidak mau kan jika perjalanan anda terganggu? Selamat mengunjungi. ^_^
Nih ada beberapa foto tentang Bukit Hargo Dumilah.
Kecelakaan Tragis di kawasan Hargo Dumilah
Makanan yang disediakan di Hargo Dumilah